Kutinggalkan Pekerjaan Rumahku sejenak, karena kudengar azan isya telah berkumandang, dengan segera aku mengambil air wudu, dalam salat aku berdoa kepadaNya. Semoga Arjuna menyatakan cintanya padaku.
Arjuna… nama yang sangat angkuh. Nama tersebut sering dikisahkan dalam cerita pewayangan. Sebagaimana yang dikisahkan dalam wayang dia orang yang sangat tampan, menjadi idola semua perempuan di SMP Pekerti Luhur. Termasuk aku yang selalu memuja-muja wayang yang tersesat ini.
Selesai salat aku terdiam dan berkata dalam hati, “bagaimana kalau kupinta nomor handphone Arjuna pada Nira,” kuambil HP, segera aku mengirim pesan kepada Nira. Kulanjutkan PR yang belum terselesaikan tadi sebelum salat isya. Belum lama aku menulis, handphoneku berdering. Satu pesan dari Nira yang membuatku kaget. Ternyata Nira memberi nomor handphone Arjuna padaku. Aku segera me-misscall nomor Arjuna. Beberapa detik kemudian dia mengirim pesan padaku :
“maaf ini siapa ya ?” katanya.
“ini aku, Asqi.” balasku.
Sejak itu Arjuna tidak membalas pesanku lagi, mungkin dia marah atau sedang tidak punya pulsa.
Di sekolah jantungku berdetak dengan keras, aku takut bertemu dengannya meski kenyataannya aku harus pertemuan itu tak bisa dihindari karena aku sekelas dengannya. Hari itu aku sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun, begitu juga dengan dia. Aku kesal sekali sama Arjuna, aku juga tak tahu alasan apa yang membuatku begitu kesal dengannya. Seperti biasanya aku selalu menceritakan segala sesuatu tentang Arjuna kepada Nira, sahabat terbaikku. Kata Nira aku harus mengungkapkan seluruh isi hatiku pada Arjuna, katanya dia juga melihat kalau Arjuna juga suka padaku.
Waktu istirahat pun habis, bel berbunyi sampai membuat gendang telingaku pecah. Sekarang adalah pelajaran fisika yang sangat memusingkanku untuk kali ini. Aku tak bisa konsentrasi, sampai guruku juga heran.
“Asqi kenapa kamu diam saja ? kamu sakit ? atau ada masalah ?” tanya guruku keheranan.
“enggak bu, hanya sedikit pusing.” Jawabku polos, kulihat Arjuna melihatku dengan heran.
***
Sesampainya di rumah, kubanting tas ke kursi, kuraih handphone di meja belajar. Aku tersentak kaget, kulihat satu pesan dari Arjuna yang berisi sebuah puisi.
Sejak aku mengenalmu, tersimpan rasa rindu di hati.
Apakah itu satu pertanda bahwa aku mencintaimu ?
Tak tahu mengapa aku tak kuasa memandangmu ?
Aku selalu tersipu malu.
Tuk ungkapkan sebuah asa di dada
“maukah kau menjadi SRIKANDIku?”
Jantungku terasa lepas dari ikatannya, darahku seakan berhenti mengalir. Kukedipkan mata berkali-kali, kubaca lagi isi pesan itu. Sungguh aku tak percaya akan semua ini. Dengan sigap aku membalas pesannya.
“Ar,, aku… aku tak percaya semua ini, akhirnya rasa itu terungkap juga dari hatimu. Aku… aku tak tahu apa yang harus kukatakan ? tapi aku juga merasakan hal yang sama sepertimu.”
Lega rasanya saat terlihat laporan terkirim di layar handphoneku. Sekaligus tak sabar juga menunggu balasannya.
Tuuut… tuuuut, handphoneku berbunyi pertanda satu pesan masuk. Kutekan tombol keypad, kemudian muncul satu pesan dari Arjuna.
karya: WJ Habiyanabilah